Penanganan Manjemen Konflik
Penanganan Manajemen Konflik
Konflik berasal dari
kata kerja latin configure yang berarti saling memukul. Dalam
pandangan sosiologi, konflik diartikan sebagai suatu proses antara dua orang
atau lebih (bias juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak yang lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Dengan demikian,
konflik adalah salah satu bentuk interaksi sosial yang bersifat negatif. Dalam
situasi konflik, peranan emosi dan tempramen lebih dominan daripada
pertimbangan akal sehat. Untuk lebih jelas tentang konflik, berikut beberapa
pendapat dari para ahli yang mendefinisikan konflik.
Versi Minnery
menyatakan bahwa manajemen konflik merupakan proses. Minnery juga berpendapat
bahwa proses manajemen konflik perencanaan kota merupakan bagian yang rasional
dan bersifat iteratif, artinya bahwa pendekatan model manajemen konflik. proses
manajemen konflik yang telah dijelaskan diatas, bahwa manajemen konflik
perencanaan kota meliputi beberapa langkah yaitu:
Penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.
Penerimaan terhadap keberadaan konflik (dihindari atau ditekan), klarifikasi karakteristik dan struktur konflik, evaluasi konflik (jika bermanfaat maka dilanjutkan dengan proses selanjutnya), menentukan aksi yang dipersyaratkan untuk mengelola konflik, serta menentukan peran perencana sebagai partisipan atau pihak ketiga dalam mengelola konflik. Keseluruhan proses tersebut berlangsung dalam konteks perencanaan kota dan melibatkan perencana sebagai aktor yang mengelola konflik baik sebagai partisipan atau pihak ketiga.
Versi Ross disebutkan
bahwa manajemen konflik merupakan langkah yang diambil para pelaku atau pihak
ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang
mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik
dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif,
bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri
sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak
ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga.
Versi Fisher dkk
menggunakan istilah transformasi konflik secara umum dalam menggambarkan
situasi secara keseluruhan.
* Pencegahan Konflik
* Penyelesaian
Konflik
* Pengelolaan Konflik
* Resolusi Konflik
* Transformasi
Konflik
Tahapan-tahapan
diatas merupakan satu kesatuan yang harus dilakukan dalam mengelola konflik.
Sehingga masing-masing tahap akan melibatkan tahap sebelumnya..
Teori-teori Konflik:
Teori-teori utama
mengenai sebab-sebab konflik adalah:
a. Teori hubungan
masyarakat
b. Teori kebutuhan
manusia
c. Teori negosiasi
prinsip
d. Teori identitas
e. Teori
kesalahpahaman antarbudaya
f. Teori transformasi
konflik
Sasaran: mengubah
struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan
termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka
panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk
mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian, pengampunan, rekonsiliasi,
pengakuan.
Dampak Konflik
Konflik dapat
berdampak positif dan negatif yang rinciannya adalah sebagai berikut :
Dampak Positif
KonflikØ
Versi Wijono , bila
upaya penanganan dan pengelolaan konflik karyawan dilakukan secara efisien dan
efektif maka dampak positif akan muncul melalui perilaku yang dinampakkan oleh
karyawan sebagai sumber daya manusia potensial dengan berbagai akibat seperti:
1. Meningkatnya
ketertiban dan kedisiplinan dalam menggunakan waktu bekerja.
2. Meningkatnya
hubungan kerjasama yang produktif.
3. Meningkatnya
motivasi kerja untuk melakukan kompetisi secara sehat antar pribadi maupun
antar kelompok dalam organisasi, seperti terlihat dalam upaya peningkatan
prestasi kerja, tanggung jawab, dedikasi, loyalitas, kejujuran, inisiatif dan
kreativitas.
4. Semakin
berkurangnya tekanan-tekanan, intrik-intrik yang dapat membuat stress bahkan
produktivitas kerja semakin meningkat.
5. Banyaknya karyawan
yang dapat mengembangkan kariernya sesuai dengan potensinya melalui pelayanan
pendidikan (education), pelatihan (training) dan konseling (counseling) dalam
aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
Dampak Negatif KonflikØ
Versi Wijono, sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
Versi Wijono, sesungguhnya disebabkan oleh kurang efektif dalam pengelolaannya yaitu ada kecenderungan untuk membiarkan konflik tumbuh subur dan menghindari terjadinya konflik. Akibatnya muncul keadaan-keadaan sebagai berikut:
· Meningkatkan
jumlah absensi karyawan dan seringnya karyawan mangkir pada
waktu jam-jam kerja berlangsung seperti
misalnya ngobrol berjam-jam sambil mendengarkan sandiwara
radio, berjalan mondar-mandir menyibukkan diri, tidur selama pimpinan tidak ada
di tempat, pulang lebih awal atau datang terlambat dengan berbagai alasan yang
tak jelas.
· Banyak
karyawan yang mengeluh karena sikap atau perilaku teman kerjanya yang dirasakan
kurang adil dalam membagi tugas dan tanggung jawab.
· Banyak
karyawan yang sakit-sakitan, sulit untuk konsentrasi dalam pekerjaannya, muncul
perasaan-perasaan kurang aman, merasa tertolak oleh teman ataupun atasan,
merasa tidak dihargai hasil pekerjaannya, timbul stres yang berkepanjangan yang
bisa berakibat sakit tekanan darah tinggi, maag ataupun yang lainnya.
· Seringnya
karyawan melakukan mekanisme pertahanan diri bila memperoleh teguran dari
atasan.
· Meningkatnya
kecenderungan karyawan yang keluar masuk dan ini disebut labor turn-over.
Peran Manajemen Konflik Dalam Perusahaan
Dalam upaya penanganan konflik sangat penting dilakukan, hal ini disebabkan karena setiap jenis perubahan dalam suatu organisasi cenderung mendatangkan konflik. Perubahan institusional yang terjadi, baik direncanakan atau tidak, tidak hanya berdampak pada perubahan struktur dan personalia, tetapi juga berdampak pada terciptanya hubungan pribadi dan organisasional yang berpotensi menimbulkan konflik.
Stoner mengemukakan tiga cara dalam pengelolaan
konflik, yaitu:
merangsang konflik di dalam unit atau organisasi yang
prestasi kerjanya rendah karena tingkat konflik yang terlalu kecil. Termasuk
dalam cara ini adalah:
1) minta bantuan orang luar
2) menyimpang dari peraturan (going against the book)
3) menata kembali struktur organisasi
4) menggalakkan kompetisi
5) memilih manajer yang cocok
Model penanganan konflik yang lain juga disampaikan
oleh Sondang, yaitu dengan cara tidak menghilangkan konflik, namun dikelola
dengan cara :
a. bersaing
b. kolaborasi
c. mengelak
d. akomodatif
e. kompromi
Cara lain juga dikemukakan Theo Riyanto, yaitu dengan
secara dini melakukan tindakan yang sifatnya preventif, yaitu dengan cara :
a. menghindari konflik
b. mengaburkan konflik
c. Mengatasi konflik dengan cara:
Cara mengelola manajemen konflik
Cara atau Taktik Mengatasi Konflik
Mengatasi dan menyelesaikan suatu konflik bukanlah
suatu yang sederhana. Cepat-tidaknya suatu konflik dapat diatasi tergantung
pada kesediaan dan keterbukaan pihak-pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan
konflik, berat ringannya bobot atau tingkat konflik tersebut serta kemampuan
campur tangan (intervensi) pihak ketiga yang turut berusaha mengatasi konflik
yang muncul.
Diatasi oleh pihak-pihak yang bersengketa:
Rujuk: Merupakan suatu usaha pendekatan dan hasrat
untuk kerja-sama dan menjalani hubungan yang lebih baik, demi kepentingan
bersama.
Persuasi: Usaha mengubah po-sisi pihak lain, dengan
menunjukkan kerugian yang mungkin timbul, dengan bukti faktual serta dengan
menunjukkan bahwa usul kita menguntungkan dan konsisten dengan norma dan
standar keadilan yang berlaku.
Tawar-menawar: Suatu penyelesaian yang dapat diterima
kedua pihak, dengan saling mempertukarkan konsesi yang dapat diterima. Dalam
cara ini dapat digunakan komunikasi tidak langsung, tanpa mengemukakan janji
secara eksplisit.
Pemecahan masalah terpadu: Usaha menyelesaikan masalah
dengan memadukan kebutuhan kedua pihak. Proses pertukaran informasi, fakta,
perasaan, dan kebutuhan berlangsung secara
terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
terbuka dan jujur. Menimbulkan rasa saling percaya dengan merumuskan alternatif pemecahan secara bersama de¬ngan keuntungan yang berimbang bagi kedua pihak.
Penarikan diri: Suatu penyelesaian masalah, yaitu
salah satu atau kedua pihak menarik diri dari hubungan. Cara ini efektif
apabila dalam tugas kedua pihak tidak perlu berinteraksi dan tidak efektif
apabila tugas saling bergantung satu sama lain.
Pemaksaan dan penekanan: Cara ini memaksa dan menekan
pihak lain agar menyerah; akan lebih efektif bila salah satu pihak mempunyai
wewenang formal atas pihak lain. Apabila tidak terdapat perbedaan wewenang,
dapat dipergunakan ancaman atau bentuk-bentuk intimidasi lainnya.
Hal-hal yang Perlu Diperhati-kan Dalam Mengatasi
Konflik:
1. Ciptakan sistem dan pelaksanaan komunikasi yang
efektif.
2. Cegahlah konflik yang destruktif sebelum terjadi.
3. Tetapkan peraturan dan prosedur yang baku terutama
yang menyangkut hak karyawan.
4. Atasan mempunyai peranan penting dalam
menyelesaikan konflik yang muncul.
5. Ciptakanlah iklim dan suasana kerja yang harmonis.
6. Bentuklah team work dan kerja-sama yang baik antar
kelompok/ unit kerja.
7. Semua pihak hendaknya sadar bahwa semua unit/eselon
merupakan mata rantai organisasi yang saling mendukung, jangan ada yang merasa
paling hebat.
8. Bina dan kembangkan rasa solidaritas, toleransi,
dan saling pengertian antar unit/departemen/ eselon.
MENGELOLA KONFLIK DALAM PERUSAHAAN
Model pendekatan pengelolaan konflik begitu beragam
bergantung pada jenis lingkup, bobot, dan faktor-faktor penyebab konflik itu
sendiri. Ada yang menerapkan pendekatan negosiasi, dinamika kelompok,
pendekatan formal dan informal, pendekatan gender, pendekatan kompromi,
pendekatan mediasi, dsb.
Uraian berikut lebih menggambarkan prinsip-prinsip
pendekatan ketimbang uraian beragam jenis pendekatan secara teknis. Ada tiga
pendekatan yakni :
(a) Pendekatan Pencegahan
· Meningkatkan
partisipasi seluruh elemen pelaku organisasi khususnya subordinasi dalam
perumusan kebijakan dan perencanaan perusahaan,
· Melakukan
sosialisasi dan internalisasi strategi dan kebijakan perusahaan,
· Penyediaan
sumberdaya yang dibutuhkan dalam proses produksi dan distribusi secara lengkap
dan bersinambung,
· Membangun
struktur organisasi yang fleksibel dalam mengembangkan komunikasi dan
koordinasi yang efektif serta dinamika kelompok,
· Membangun
suasana kekeluargaan dan kebersamaan secara psikologis
(b) Pendekatan Penghindaran
· Menarik
diri secara ikhlas dari konflik sebelum datangnya konflik yang parah,
· Setiap
yang berkonflik siap menghilangkan keegoannya masing-masing,
· Kesediaan
membuka pintu maaf.
(c) Pendekatan Pemecahan konflik
· Yang
berkonflik saling mengidentifikasi penyebab konflik secara terbuka,
· Memperkecil
perbedaan-perbedaan; sebaliknya menumbuhkan pemahaman bersama tentang kerugian
adanya konflik yang berkepanjangan,
· Mengembangkan
tujuan dan kepentingan bersama di antara yang
· berkonflik,Menggunakan
peran mediator yang netral, obyektif, akhli, dan berpengalaman.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani
konflik, yaitu sebagai berikut.
1.
Introspeksi diri
2.
Mengevaluasi pihak-pihak yang terlibat
3.
Identifikasi sumber konflik
Untuk mengetahui penyebab timbulnya konflik, dapat
diidentifikasi dari beberapa faktor yang memengaruhinya. Adapun faktor-faktor
yang menyebabkan terjadinya konflik, diantaranya:
1.
Adanya benturan kepentingan dari berbagai pihak;
2.
Terjadinya perubahan sosial yang terlalu cepat;
3.
Timbulnya rasa benci dan dendam terhadap saingan;
4.
Adanya pemaksaan dari yang kuat terhadap pihak yang
lemah;
5.
Timbulnya anarki yang sulit dikendalikan;
6.
Meletusnya revolusi politik yang menjurus pada
perebutan kekuasaan.
7. Ciri-Ciri
Konflik
Berbagai kemampuan tersebut memang harus dimiliki oleh
seorang manajer. Apalagi, tantangan sebagai manajer tidaklah ringan. Pertama,
implemetansi perusahaan memerlukan proses transformasi baik proses perkembangan
suatu perusahaan. Di sini informasi adalah hasil pengolahan data yang
relevansinya sangat tergantung kepada waktu. Kedua, kesiapan SDM untuk dapat
memanfaatkan peluang yang memerlukan pengembangan kompetensi baru dan disiplin.
Ketiga, pengelolaan perubahan (change management) baik yang sifatnya sistemik
maupun ad hoc. Selain itu manajer harus mencari solusi menyusul dampak dari
perubahan. Empat sifat umum yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan
kepemimpinan perusahaan, yakni : (1) Kecerdasan, artinya pemimpin harus
memiliki kecerdasan lebih dari pengikutnya, tetapi tidak terlalu banyak
melebihi kecerdasan pengikutnya. (2) Kedewasaan dan keluasan hubungan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran
manajer dalam mengelola konflik dalam suatu perusahaan itu sangan penting
diantaranya:
1. Manajer sebagai mediator
dalam memecahkan masalah
2. Manajer sebagai konsultan
terhadap bawahan
3. Manajer sebagai motivator
terhadap perusahaan
4. Manajer mempunyai peran
penting dalam pengambil keputusan
5. Seorang manajer diharuskan
bisa menguasai semua permasalahan dan dapat diselesaikan dengan
musyawarah dan pemikiran yang baik sebelum memutuskannya.
Selain itu seorang manajer juga diharapkan bisa
menjadi teman sekaligus sebagai orang tua dalam organisasi sehingga dengan
keadaan seperti itu perkembangan perusahaan bisa diciptakan dengan baik dan
dapat mewujudkan apa yang menjadi visi dan misi dalam perusahaan.
Langkah-langkah Manajemen Untuk Menangani Konflik
· Menerima
dan mendefinisikan pokok masalah yang menimbulkan ketidak puasan.
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara pemecahannya.
Langkah ini sangat penting karena kekeliruan dalam mengetahui masalah yang sebenarnya akan menimbulkan kekeliruan pula dalam merumuskan cara pemecahannya.
· Mengumpulkan
keterangan/fakta
Fakta yang dikumpulkan
haruslah lengkap dan akurat, tetapi juga harus dihindari tercampurnya dengan
opini atau pendapat. Opini atau pendapat sudah dimasuki unsur subyektif. Oleh
karena itu pengumpulan fakta haruslah dilakukan denganm hati-hati
· Menganalisis
dan memutuskan
Dengan diketahuinya masalah
dan terkumpulnya data, manajemen haruslah mulai melakukan evaluasi terhadap
keadaan. Sering kali dari hasil analisa bisa mendapatkan berbagai
alternatif pemecahan.
· Memberikan
jawaban
Meskipun manajemen kemudian sudah memutuskan,
keputusan ini haruslah dibertahukan kepada pihak karyawan.
·
Tindak
lanjut
Langkah ini diperlukan untuk mengawasi akibat dari
keputusan yang telah diperbuat.
Strategi Dalam Menyiasati Konflik di dalam Perusahaan
a) Menghindar
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau
masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting atau jika potensi
konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan ditimbulkannya.
Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak yang
berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat didalam
konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil
waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan diskusi”
b) Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang
lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada
mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat
mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat
yang pertama.
c) Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda
memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya
atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini
mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting
untuk alasan-alasan keamanan.
d) Kompromi atau
Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada
waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
e) Memecahkan
Masalah atau Kolaborasi
1. Pemecahan sama-sama menang
dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.
2. Perlu adanya satu komitmen
dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan
satu sama lainnya.
Metode Untuk Menangani Konflik
Metode yang sering digunakan untuk menangani konflik
adalah pertama dengan mengurangi konflik; kedua dengan
menyelesaikan konflik. Untuk metode pengurangan konflik salah satu cara yang
sering efektif adalah dengan mendinginkan persoalan terlebih dahulu (cooling
thing down). Meskipun demikian cara semacam ini sebenarnya belum menyentuh
persoalan yang sebenarnya. Cara lain adalah dengan membuat “musuh bersama”,
sehingga para anggota di dalam kelompok tersebut bersatu untuk menghadapi
“musuh” tersebut. Cara semacam ini sebenarnya juga hanya mengalihkan perhatian
para anggota kelompok yang sedang mengalami konflik.
Cara kedua dengan metode penyelesaian konflik. Cara
yang ditempuh adalah dengan mendominasi atau menekan, berkompromi dan
penyelesaian masalah secara integratif.
a.
Dominasi (Penekanan)
Dominasi dan penekanan mempunyai persamaan makna,
yaitu keduanya menekan konflik, dan bukan memecahkannya, dengan memaksanya
“tenggelam” ke bawah permukaan dan mereka menciptakan situasi yang menang dan
yang kalah. Pihak yang kalah biasanya terpaksa memberikan jalan kepada yang
lebih tinggi kekuasaannya, menjadi kecewa dan dendam. Penekanan dan dominasi
bisa dinyatakan dalam bentuk pemaksaan sampai dengan pengambilan keputusan
dengan suara terbanyak (voting).
b.
Kompromi
Melalui kompromi mencoba menyelesaikan konflik dengan
menemukan dasar yang di tengah dari dua pihak yang berkonflik ( win-win
solution ). Cara ini lebih memperkecil kemungkinan untuk munculnya
permusuhan yang terpendam dari dua belah pihak yang berkonflik, karena tidak
ada yang merasa menang maupun kalah. Meskipun demikian, dipandang dari
pertimbangan organisasi pemecahan ini bukanlah cara yang terbaik, karena tidak
membuat penyelesaian yang terbaik pula bagi organisasi, hanya untuk
menyenangkan kedua belah pihak yang saling bertentangan atau berkonflik
c.
Penyelesaian secara integratif
Dengan menyelesaikan konflik secara integratif,
konflik antar kelompok diubah menjadi situasi pemecahan persoalan bersama yang
bisa dipecahkan dengan bantuan tehnik-tehnik pemecahan masalah (problem
solving). Pihak-pihak yang bertentangan bersama-sama mencoba memecahkan
masalahnya,dan bukan hanya mencoba menekan konflik atau berkompromi. Meskipun
hal ini merupakan cara yang terbaik bagi organisasi, dalam prakteknya sering
sulit tercapai secara memuaskan karena kurang adanya kemauan yang sunguh-sungguh
dan jujur untuk memecahkan persoalan yang menimbulkan persoalan.
Metode Penanganan Konflik Antara Anggota Dengan Ketua
Konflik jenis ini relatif sulit karena sering tidak
dinyatakan secara terbuka. Umumnya anggota lebih cenderung untuk diam, meskipun
mengalami pertentangan dengan ketua. Yang penting bagi suatu perusahaan adalah
agar setiap konflik hendaknya bisa diselesaikan dengan baik. Kebanyakan suatu
konflik menjadi makin berat karena lama terpendam. Karena itulah penting bagi
suatu perusahaan “menemukan” konflik atau sumbernya sedini mungkin. Cara yang
ditempuh adalah dengan menggalakkan saluran komunikasi ke atas (up ward
channel of communication ).
Menurut Heidjrachman Ranupandojo ada beberapa cara
yang bisa dipakai untuk menemukan konflik atau sumbernya, yaitu :
a. Membuat prosedur
penyelesaian konflik (grievance procedure)
Dengan adanya “grievance procedure” ini
memberanikan anggota untuk mengadu kalau dirasakan adanya ketidak adilan.
Keberanian untuk segera memberitahukan masalah, merupakan suatu keuntungan bagi
perusahaan.
b. Observasi langsung
Tidak semua konflik disuarakan oleh karyawan. Oleh
karena itu ketajaman observasi dari pimpinan akan dapat mendeteksi ada tidaknya
suatu (sumber) konflik, sehingga dapat segera ditangani sebelum mengalami
eskalasi.
c. Kotak saran (suggestion
box)
Cara semacam ini banyak digunakan oleh perusahaan atau
lembaga-lembaga lain. Cara ini cukup efektif karena para anggota ataupun para
pengadu tidak perlu bertatap muka dengan ketua. Bahkan bisa merahasiakan
identitasnya. Namun, lembaga juga harus hati-hati karena adanya kemungkinan
“fitnah” dari kotak saran tersebut.
d. Politik pintu terbuka
Politik pintu terbuka memang sering diumumkan, tetapi
hasilnya sering tidak memuaskan. Hal ini sering terjadi karena pihak pimpinan
tidak sungguh-sungguh dalam “membuka” pintunya. Paling tidak ini dirasakan oleh
karyawan. Juga adanya keseganan dari pihak karyawan sering menjadi penghalang
terhadap keberhasilan cara semacam ini
Komentar
Posting Komentar