Pengertian Motivasi dan Teori-Teori Motivasi
Pengertian Motivasi Dan Teori - Teori Motivasi
Definisi
·
Robbins dan Judge (2007) mendefinisikan motivasi
sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan usaha untuk
mencapai suatu tujuan.
· Samsudin
(2005) memberikan pengertian motivasi sebagai proses mempengaruhi atau
mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau
melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi juga dapat diartikan
sebagai dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk
memuaskan dan memperahankan kehidupan.
· Mangkunegara
(2005,61) menyatakan : “motivasi terbentuk dari sikap (attitude)
karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situation).
Motivasi merupakan kondisi atau energi yang menggerakkan diri karyawan yang
terarah atau tertuju untuk mencapai tujuan organisasi perusahaan. Sikap mental
karyawan yang pro dan positif terhadap situasi kerja itulah yang memperkuat
motivasi kerjanya untuk mencapai kinerja maksimal”.
Pengertian Motivasi
· Motivasi
adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai
dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. (Mr. Donald :
1950).
· Motivasi
adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan / tingkah
laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan / keadaan dan kesiapan dalam
diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan. (Drs. Moh. Uzer Usman : 2000)
· Motivasi
adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong kita untuk
berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies, Ivor K : 1986)
· Motivasi
adalah usaha – usaha untuk menyediakan kondisi – kondisi sehingga anak itu mau
melakukan sesuatu (Prof. Drs. Nasution : 1995)
Berdasarkan pengertian di atas, maka motivasi
merupakan respon pegawai terhadap sejumlah pernyataan mengenai keseluruhan
usaha yang timbul dari dalam diri pegawai agar tumbuh dorongan untuk bekerja
dan tujuan yang dikehendaki oleh pegawai tercapai.
a. Motivasi
dalam Pembelajaran
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran
perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau
bantuan kepada siswa. Motivasi dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan
faktor dari dalam maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna
memenuhi / memuaskan suatu kebutuhan. Dalam konteks pembelajaran maka kebutuhan
tersebut berhubungan dengan kebutuhan untuk pelajaran.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi
belajar siswa dapat dianalogikan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan mesin
motivasi belajar yang memadai akan mendorong siswa berperilaku aktif untuk
berprestasi dalam kelas, tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat
berpengaruh negatif terhadap kefektifan usaha belajar siswa.
Fungsi motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
1. Mendorong timbulnya tingkah
laku atau perbuatan, tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya
belajar.
2. Motivasi berfungsi sebagai
pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
3. Motivasi berfungsi sebagai
penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi
akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai
dalam pembelajaran sebagai
berikut :
1. Motivasi menentukan tingkat
berhasil atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
2. Pembelajaran yang
bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan,
dorongan, motif, minat yang ada pada diri siswa.
3. Pembelajaran yang
bermotivasi menuntut kreatifitas dan imajinitas guru untuk berupaya secara
sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan
dan memeliharan motivasi belajar siswa.
4. Berhasil atau gagalnya dalam
membangkitkan dan mendayagunakn motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan
dengan upaya pembinaan disiplin kelas.
5. Penggunaan asas motivasi
merupakan sesuatu yang esensial dalam proses belajar dan pembelajaran.
b. Motivasi
dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam rumusan masalah diatas kami mengamati apakah
motivasi itu berpengaruh dalam prestasti belajar siswa, ternyata sangat
berpengaruh yaitu :
· Motivasi
pada umumnya mempertinggi prestasi dan memperbaiki sikap terhadap tugas dengan
kata lain, motivasi dapat membangkitkan rasa puas dan menaikkan prestasi
sehingga melebih prestasi normal.
· Hasil
baik dalam pekerjaan yang disertai oleh pujian merupakan dorongan bagi
seseorang untuk bekerja dengan giat. Bila hasil pekerjaan tidak diindahkan
orang lain, mungkin kegiatan akan berkurang. Pujian harus selalu berhubungan
erat dengan prestasi yang baik. Anak-anak harus diberi kesempatan untuk
melakukan sesuatu dengan hasil yang baik, sehingga padanya timbul suatu “sense
of succes” atau perasaan berhasil.
· Motivasi
berprestasi merupakan harapan untuk memperoleh kepuasan dalam penguasaan
perilaku yang menentang dan sulit (Mr. Clelland, 1955).
c. Sumber-Sumber
Motivasi Belajar Siswa
Dalam rumusan tersebut juga diamati dari mana saja
sumber-sumber motivasi belajar siswa itu, diantaranya :
· Motivasi
Intrinsik
yaitu motivasi yang bersumber pada faktor-faktor dari
dalam, tersirat baik dalam tugas itu sendiri maupun pada diri siswa yang
didorong oleh keinginan untuk mengetahui, tanpa ada paksaan dorongan orang
lain, misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh
informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati
kehidupan, secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, dan sebagai
berikut.
· Motivasi
Ekstrinsik
yaitu motivasi yang bersumber akibat pengaruh dari luar
individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain
sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar.
Pelajar di motivasi dengan adanya angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali,
pertentangan, persaingan.
d. Guru
dan Motivasi Pembelajaran
Dalam rumusan tersebut juga dipertanyakan bagaimana
cara guru memotivasi belajar siswa agar menarik minat siswa untuk belajar,
motivasi yang diberikan guru diantaranya :
1. Memberi angka
2. Hadiah
3. Saingan
4. Hasrat untuk
belajar
5. Ego envolvement
6. Sering memberi
ulangan
7. Mengetahui hasil
8. Kerja sama
9. Tugas yang
“challenging”
10. Pujian
11. Teguran dan kesamaan
12. Suasana yang menyenangkan
13. Tujuan yang diakui dan diterima baik
oleh murid
14. Hargailah pekerjaan murid
Model Pengukuran Motivasi
Model-model pengukuran motivasi kerja telah banyak
dikembangkan, diantaranya oleh McClelland (Mangkunegara, 2005:68) mengemukakan
6 (enam) karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi, yaitu
:
1. Memiliki tingkat
tanggung jawab pribadi yang tinggi
2. Berani mengambil
dan memikul resiko
3. Memiliki tujuan
realistik
4. Memiliki rencana
kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk merealisasikan tujuan
5. Memanfaatkan
umpan balik yang konkrit dalam semua kegiatan yang dilakukan
6. Mencari
kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah diprogramkan.
Edward Murray (Mangkunegara, 2005,68-67) berpendapat
bahwa karakteristik orang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi adalah
sebagai berikut :
1. Melakukan
sesuatu dengan sebaik-baiknya
2. Melakukan
sesuatu dengan mencapai kesuksesan
3. Menyelesaikan
tugas-tugas yang memerlukan usaha dan keterampilan
4. Berkeinginan
menjadi orang terkenal dan menguasai bidang tertentu
5. Melakukan hal
yang sukar dengan hasil yang memuaskan
6. Mengerjakan
sesuatu yang sangat berarti
7. Melakukan
sesuatu yang lebih baik dari orang lain.
Teori-Teori Motivasi
Secara garis besar, teori motivasi dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok yaitu teori motivasi dengan pendekatan isi/kepuasan
(content theory), teori motivasi dengan pendekatan proses (process theory) dan
teori motivasi dengan pendekatan penguat (reinforcement theory).Motivasi dapat
diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat
persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber
dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar
individu (motivasi ekstrinsik).
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan
banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam
konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Kajian tentang
motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1. Durasi kegiatan
2. Frekuensi
kegiatan
3. Persistensi pada
kegiatan
4. Ketabahan,
keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan kesulitan;
5. Devosi dan
pengorbanan untuk mencapai tujuan
6. Tingkat aspirasi
yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan
7. Tingkat
kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang
dilakukan
8. Arah sikap
terhadap sasaran kegiatan
Untuk memahami tentang motivasi, kita akan bertemu
dengan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :
· Teori Hierarki
Kebutuhan Maslow
Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai suatu
kesenjangan atau pertentangan yang dialami antara satu kenyataan dengan
dorongan yang ada dalam diri. Apabila pegawai kebutuhannya tidak terpenuhi maka
pegawai tersebut akan menunjukkan perilaku kecewa. Sebaliknya, jika
kebutuhannya terpenuhi amak pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang
gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya.
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku
pegawai. Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya.
Abraham Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa
hierarki kebutuhan manusia adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis, yaitu
kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik, bernapas, seksual. Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula sebagai kebutuhan yang
paling dasar
2. Kebutuhan rasa aman, yaitu
kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya, pertentangan, dan
lingkungan hidup
3. Kebutuhan untuk rasa
memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok, berafiliasi,
berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai
4. Kebutuhan akan harga diri,
yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
5. Kebutuhan untuk
mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, skill dan
potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide, gagasan dan
kritik terhadap sesuatu
· Teori Keadilan
Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi
semangat kerja seseorang, jadi perusahaan harus bertindak adil terhadap
setiap karyawannya. Penilaian dan pengakuan mengenai perilaku karyawan harus
dilakukan secara obyektif. Teori ini melihat perbandingan seseorang dengan
orang lain sebagai referensi berdasarkan input dan juga hasil atau kontribusi
masing-masing karyawan (Robbins, 2007).
· Teori X dan Y
Douglas McGregor mengemukakan pandangan nyata mengenai
manusia. Pandangan pertama pada dasarnya negative disebut teori X, dan yang
kedua pada dasarnya positif disebut teori Y (Robbins, 2007).
McGregor menyimpulkan bahwa pandangan manajer
mengenai sifat manusia didasarkan atas beberapa kelompok asumsi tertentu dan
bahwa mereka cenderung membentuk perilaku mereka terhadap karyawan berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut.
· Teori dua
Faktor Herzberg
Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg dengan
asumsi bahwa hubungan seorang individu dengan pekerjaan adalah mendasar dan
bahwa sikap individu terhadap pekerjaan bias sangat baik menentukan
keberhasilan atau kegagalan. (Robbins, 2007).
Herzberg memandang bahwa kepuasan kerja berasal dari
keberadaan motivator intrinsik dan bawa ketidakpuasan kerja berasal dari
ketidakberadaan faktor-faktor ekstrinsik. Faktor-faktor ekstrinsik (konteks
pekerjaan) meliputi :
1. Upah
2. Kondisi kerja
3. Keamanan kerja
4. Status
5. Prosedur perusahaan
6. Mutu penyeliaan
7. Mutu hubungan interpersonal
antar sesama rekan kerja, atasan, dan bawahan
Keberadaan kondisi-kondisi ini terhadap kepuasan
karyawan tidak selalu memotivasi mereka. Tetapi ketidakberadaannya menyebabkan
ketidakpuasan bagi karyawan, karena mereka perlu mempertahankan setidaknya
suatu tingkat ”tidak ada kepuasan”, kondisi ekstrinsik disebut
ketidakpuasan,atau faktor hygiene. Faktor Intrinsik meliputi :
1. Pencapaian prestasi
2. Pengakuan
3. Tanggung Jawab
4. Kemajuan
5. Pekerjaan itu sendiri
6. Kemungkinan berkembang.
Tidak adanya kondisi-kondisi ini bukan berarti
membuktikan kondisi sangat tidak puas. Tetapi jika ada, akan membentuk motivasi
yang kuat yang menghasilkan prestasi kerja yang baik. Oleh karena itu, faktor
ekstrinsik tersebut disebut sebagai pemuas atau motivator.
· Teori
Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland dikemukakan oleh David
McClelland dan kawan-kawannya. Teori ini berfokus pada tiga kebutuhan, yaitu
(Robbins, 2007) :
a. Kebutuhan pencapaian (need
for achievement) : Dorongan untuk berprestasi dan mengungguli, mencapai standar-standar,
dan berusaha keras untuk berhasil.
b. Kebutuhan akan kekuatan
(need for pewer) : kebutuhan untuk membuat orang lain berperilaku sedemikian
rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya.
c. Kebutuhan hubungan (need for
affiliation) : Hasrat untuk hubungan antar pribadi yang ramah dan akrab.
Apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan
dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang
individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah :
a. Persepsi seseorang mengenai
diri sendiri
b. Harga diri
c. Harapan pribadi
d. Kebutuhaan
e. Keinginan
f. Kepuasan kerja
g. Prestasi kerja yang
dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi
seseorang, antara lain ialah :
a. Jenis dan sifat pekerjaan
b. Kelompok kerja dimana
seseorang bergabung
c. Organisasi tempat bekerja
d. Situasi lingkungan pada umumnya
e. Sistem imbalan yang berlaku
dan cara penerapannya.
Komentar
Posting Komentar